Susy Tentang Lolos BWF
Susy Tentang Lolos BWF – masterprediksiskor – Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Susy Susanti, menilai peluang sektor tunggal Indonesia lolos BWF World Tour Final 2020 berat. Hal itu tak lepas dari ranking atletnya yang terperosok jauh di bawah 16 besar.
BWF World Tour Final 2020 diputuskan bergulir Januari 2021. Menuju itu, masih ada dua kesempatan bagi pemain top dunia untuk memperbaiki peringkatnya di dua turnamen mendatang. Yakni Asia Open 1 dan Asia Open di Thailand yang bergulir sebelum turnamen penutup tahun tersebut.
Akan tetapi bagi pebulutangkis Indonesia, khususnya tunggal putra dan tunggal putri sangat lah sulit. Merujuk ranking BWF World Tour Final (WTF), tunggal putra yang terdiri dari Shesar Hiren Rhustavito berada di peringkat 16, menyusul Anthony Sinisuka Ginting di bawahnya. Sedangkan Jonatan Christie di ranking 19.
Baca Juga: Ari Untuk Ketum PBSI
Sektor tunggal putri malah lebih parah. Gregoria Mariska Tunjung di peringkat 23, menyusul Ruselli Hartawan di ranking 38, dan Fitriani di peringkat 43.
Sementara untuk sektor lain seperti ganda putra Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon (ranking 3), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (8), ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu (3), serta ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja masih terbilang aman di peringkat 7. Adapun syarat pemain bisa turun di WTF masuk dalam top 8.
Kondisi itu diakui Susy Susanti cukup memberatkan pemainnya. Sebab, meskipun masih menyisakan dua turnamen lagi, Asia Open I dan Asia Open II, mereka wajib kerja keras raih hasil terbaik.
Susy Tentang Lolos BWF – Merah-Putih juga masih harus berspekulasi soal keberangkatan ke negeri Gajah Putih lantaran PBSI akan berganti kepengurusan pada 5-6 November mendatang.
Baca Juga: Target Jojo dan Ginting
“Untuk World Tour Final sih sedikit berat tapi ada dua turnamen terakhir. Tapi tidak tahu dikirim atau tidak, kalau enggak kirim ya pasti tidak masuk,” kata Susy kepada pewarta dalam sambungan telepon.
“Setelah Munas (Musyawarah Nasional) nanti akan ada tim demisioner atau sementara yang akan menentukan itu (ikut tidaknya Asia Open I dan II),” dia menjelaskan.
Sehubungan dengan itu, Susy Susanti menilai merosoknya ranking pemain sejatinya bukan semata-mata progres performa pemainnya yang menurun. Tapi pandemi Corona yang membuat terbatasnya turnamen yang diikuti pebulutangkis.
“Jadi ini bukan sebagai acuan peta kekuatan atau rangking sesungguhnya. Karena semakin banyak seorang atlet ikut turnamen dan dapat hasil cukup bagus, dia pasti dapat rangking tinggi. Jadi ini lebih karena keadaan (pandemi Corona),” tutupnya.